Gencil News – Penumpang Maskapai Citilink dengan nomor penerbangan QBG9414 tujuan Jakarta- Pontianak terkonfirmasi positif covid-19. Sebanyak 48 Penumpang Citilink QBG9414 menjalani uji usap secara acak yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
“Kami melaksanakan swab terhadap 48 orang penumpang Citilink dari Jakarta dengan kode penerbangan QBG9414 berasal dari Jakarta dengan hasil satu orang positif covid-19,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson.
Dari hasil pemeriksaan acak terhadap 48 orang tersebut, 1 orang telah dinyatakan terkonfirmasi positif corona. Penumpang Citilink asal pekalongan jawa tengah tersebut berangkat melalui Jakarta, pada tanggal 11 september 2020.
Saat akan dilakukan isolasi oleh petugas kesehatan, yang bersangkutan berusaha kabur, menolak diisolasi. Namun akhirnya petugas menemukannya, dan membawanya ke pusat karantina COVID-19 di Rusunawa Nipah Kuning Dalam.
Kepada petugas, selama di Pontianak. Ia mengaku tinggal di daerah ruko Ayani Megamall. Sejak ia dinyatakan terkonfirmasi COVID-19.
“Citilink kesekian kalinya membawa penumpang positif. Saya kira Dishub akan segera menjatuhkan sanksi untuk Citilink kan sudah ada peraturan gubernur untuk itu,” kata Harisson.
Maskapai Citilink dianggap kecolongan, karena sudah dua kali membawa penumpang positif Covid-19 ke Kalbar.
Rute penerbangan Citilink tujuan Surabaya-Pontianak pernah ditutup selama tujuh hari terhitung sejak tanggal 2 hingga 8 Agustus 2020.
Hal ini dilakukan menyusul ditemukannya dua penumpang pesawat yang reaktif saat menjalani rapid test di Bandara Supadio Pontianak.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menyatakan bahwa maskapai Citilink akan diberi sanksi atas kelalaiannya atas kejadian ini.
“Citilink akan saya kasi sanksi lagi. Sanksinya, tidak boleh membawa penumpang selama dua minggu. Mulai diterima surat kita mungkin besok atau lusa,” tutupnya.
Sutarmidji Minta Masyarakat Jangan Anggap Remeh Covid-19
Gubernur Kalbar Sutarmidji minta kepada masyarakat untuk jangan anggap remeh tentang Covid-19. Menurut Sutarmidji saat ini masih ada masyarakat yang tidak mempercayai keberadaan dari virus corona.
“Ada klaster akibat tak percaya Covid-19 yang fatal, tak percaya protokol Covid-19 dan sebagainya ini yang bahaya. Kalau dia tak percaya tak apa, tapi kasihan yang lain. Begitu dia kena tetap saja urusannya pemerintah, rumah sakit dan sebagainya,” jelas Sutarmidji.
Gubernur Kalbar ini pun menyarankan agar masyarakat Kalbar tidak berpergian ke luar Kalimantan Barat jika tidak ada hal yang mendesak.
“Saya sarankan untuk sekarang jangan dulu pergi ke Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah kalau memang tak perlu. Karena rata-rata yang terpapar dari sana jumlah virus dalam swabnya antara 11 juta sampai 19 juta copies virus. 1 copies virus ada 225 virus,” jelasnya.
Kemudian Midji juga mengingatkan kepada seluruh Kepala Daerah di Kalbar, jangan sampai adanya anggapan bahwa masa isolasi terhadap pasien konfirmasi hanya 10 hari, kemudian dinyatakan sembuh.
“Dari hasil PCR kita menunjukkan mereka yang terpapar dari Jawa dan lainnya rata-rata hari ke-14 virus yang ada di swab dia masih 7 juta. Kalau kita nyatakan sembuh maka dia bisa jadi penyebar virus,” jelasnya.” ungkap Gubernur.
Ia pun kembali mengingatkan strain virus yang berasal dari luar Kalimantan Barat ini lebih “ganas” dibandingkan dengan strain lokal. Dan tingkat kesembuhan mereka cenderung lebih lama dibandingkan dengan lokal, dari luar Kalbar proses penyembuhan bisa dikisaran antara 24-26 hari. Dan hasil swab pada hari ke 14 yang menunjukan hasil masih dikisaran 7 juta, masih bisa dapat dianggap “bisa” menyebarkan.
“Kalau transmisi lokal berdasarkan hasil pemantauan, pasien dapat dikatakan sembuh total berkisar antara 10 sampai 14 hari itu pun dengan catatan jika imunitasnya bagus dan tidak ada penyakit bawaan,” ujarnya.
Midji juga menyampaikan kekecewaannya karena masih ada masyarakat yang enteng menganggap virus corona ini. Kekecewaan ini muncul setelah ada warganya yang berangkat ke Surabaya dengan alasan jalan-jalan. Dan akibatnya ia menularkan virus tersebut kepada suaminya.
“Saya tanya ngapa ke Surabaya, jawabnya hanya jalan- jalan saja. Adalagi satu pegawai Bea Cukai pergi ke Surabaya sudah tahu orang itu positif, dia berinteraksi lagi sama orang itu,” ujarnya.
“Dia ngaku ada keluarga atau temannya positif, tapi dia interaksi. Pulangnya kena, untungnya cepat tahu. Kalau tidak satu kantor bisa kena. Itu yang bahaya,” jelasnya.
Gubernur pun mengingatkan agar masyarakat selalu waspada dan tidak menganggap remeh virus corona. Apalagi saat ini sudah ditemukan adanya transmisi lokal dan klaster rumah tangga.
“Jadi jangan remehkan. Ada juga yang remehkan Covid-19, dia sendiri pakai masker terus, tapi orang yang diajaknya kumpul tak pakai, ini kan mencelakakan orang,” pungkasnya.