Harga Batu Bara Jatuh ke Titik Terendah, Ini Penyebabnya-Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan.
Dikutip dari Cnbc Indonesia Harga batu bara Newcastle masih terus terkoreksi akibat proyeksi permintaan global yang melemah. Pada penutupan perdagangan sesi Rabu (26/6/2019) harga batu bara Newcastle acuan kontrak pengiriman Juli terkontraksi hingga 0,66% ke level US$ 68,2/metrik ton.
Sehari sebelumnya, harga batu bara juga sudah terkoreksi hingga 2%.
Hingga saat ini pasar batu bara impor masih terus berada dalam tekanan perlambatan ekonomi global. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi akan berbanding lurus dengan pertumbuhan permintaan energi, yang mana salah satunya adalah batu bara.
Sehari sebelumnya, harga batu bara juga sudah terkoreksi hingga 2%.
Hingga saat ini pasar batu bara impor masih terus berada dalam tekanan perlambatan ekonomi global. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi akan berbanding lurus dengan pertumbuhan permintaan energi, yang mana salah satunya adalah batu bara.
Terbaru, data dari Kementerian Keuangan Jepang memperlihatkan terjadi penurunan impor batu bara sebesar 7,7% secara month-on-month (MoM) di bulan Mei.
Sementara impor batu bara Jepang yang berasal dari Australia, termasuk briket, turun hingga 13,3% MoM menjadi tinggal 7,8 juta ton.
Data tersebut menunjukkan bahwa permintaan energi di Jepang, sebagai salah satu negara importir batu bara utama di kawasan Asia sedang lesu.
Hal itu diakibatkan aktivitas industri yang juga tak bergairah. Berdasarkan data Nikkei, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Jepang dalam dua bulan terakhir (Mei-Juni) selalu berada di bawah angka 50. Itu artinya aktivitas industri-industri manufaktur di Jepang tengah mengalami kontraksi.
Dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) China yang berhujung pada perlambatan ekonomi gobal disebut-sebut sebagai faktor penyebab hal tersebut.
Alhasil pelaku pasar semakin kawatir akan terjadinya kelebihan pasokan di pasar batu bara impor (seaborne).
Apalagi tahun ini produksi batu bara domestik di China berpotensi meningkat hingga lebih dari 100 juta ton. Data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) menunjukkan bahwa ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap untuk digarap tahun ini.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir China memang punya gerakan untuk memperbaharui kualitas tambang-tambang batu bara tua. Selain menghasilkan polusi gas metana yang besar, tambang batu bara tua juga memiliki produktivitas yang minim.
Saat ini tambang-tambang modern yang bisa berproduksi lebih banyak mulai mengambil alih.
Tentu saja hal tersebut bisa mengancam posisi batu bara seaborne. Tingkat serapan pasokan batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional pun menjadi tanda tanya besar. Pada akhirnya, harganya harus rela terkoreksi.
Sebagai informasi, China saat ini merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia yang bisa mempengaruhi keseimbangan pasar secara signifikan. Adapun harga batu bara Newcastle mengacu pada tingkat kalori 6.000 kcal dan sering menjadi acuan global.
Produksi & Ekspor Batubara Indonesia
Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari total cadangan batubara global terbukti berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.- data indonesia-investments
Ada banyak kantung cadangan batubara yang kecil terdapat di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan cadangan batubara terbesar di Indonesia adalah:
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan).
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara dalam negeri. Namun penjualan domestik agak tidak signifikan karena konsumsi batubara dalam negeri relatif sedikit di Indonesia.
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penjualan batubara domestik yang pesat karena pemerintah Indonesia berkomitmen terhadap program energi ambisiusnya (menyiratkan pembangunan berbagai pembangkit listrik, yang sebagian besar menggunakan batubara sebagai sumber energi karena Indonesia memiliki cukup banyak cadangan batubara).
Selain itu, beberapa perusahaan pertambangan besar di Indonesia (misalnya penambang batubara Adaro Energy) telah berekspansi ke sektor energi karena harga komoditas yang rendah membuatnya tidak menarik untuk tetap fokus pada ekspor batubara, sehingga menjadi perusahaan energi terintegrasi yang mengkonsumsi batubara mereka sendiri.
Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara, sisanya dijual di pasar domestik.