Strawberry generation adalah istilah yang merujuk pada generasi muda yang memiliki karakteristik sensitif, rentan, dan mudah terluka.
Istilah ini berasal dari bahasa Mandarin “xiān dài cǎo méi” (鲜 胚 漆梅), yang secara harfiah berarti “plum polos dan segar”.
Istilah ini pertama kali digunakan di Taiwan pada tahun 2007 oleh seorang psikolog bernama Wu Rwei-ren untuk menggambarkan generasi muda yang cenderung mudah stres, depresi, dan kesulitan menangani tekanan dan tantangan dalam hidup.
Strawberry generation menggambarkan sifat generasi muda saat ini yang kurang tahan terhadap kritik dan sulit beradaptasi dengan tekanan di dunia kerja, lingkungan sosial, dan kehidupan pribadi.
Generasi ini lebih cenderung menghindari konflik dan lebih memilih untuk menghindari situasi yang membuat mereka tidak nyaman.
Mereka juga cenderung mengandalkan teknologi dan media sosial untuk mengatasi kecemasan dan kesulitan emosional.
Beberapa faktor yang memengaruhi karakteristik strawberry generation di antaranya adalah pendidikan yang lebih mudah dan lebih banyak akses informasi, serta pengalaman hidup yang kurang terpapar pada situasi-situasi yang menantang dan tekanan sosial.
Hal ini juga dapat terkait dengan perubahan budaya yang terjadi di masyarakat modern yang lebih individualistik dan kurang adanya nilai-nilai yang ditanamkan secara kolektif.
Namun, strawberry generation juga dilihat sebagai sebuah fenomena sosial yang dapat menimbulkan ketergantungan yang tidak sehat pada teknologi dan media sosial, serta kurangnya kemampuan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya di luar dunia maya.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk belajar mengatasi tekanan dan tantangan dalam hidup, serta untuk mengembangkan kecerdasan emosional yang diperlukan untuk sukses dalam dunia kerja dan kehidupan pribadi.