Nyak Sandang, warga Aceh berusia 91 tahun yang sepekan lalu menemui Presiden Joko Widodo dengan membawa bukti sumbangan pembelian pesawat pada tahun 1948
Nyak Sandang, warga Aceh berusia 91 tahun akhirnya bisa kembali melihat pasca menjalani operasi katarak. Operasi yang cukup rumit ini dilakukan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Rabu (28/3) oleh dr. Tjahjono D. Gandhowiardjo ditemani Kepala Dept. Mata RSPAD dr. Subandono Bambang Indrasto.
“Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar. Sebelum operasi jarak pandang pasien sekitar 20 sentimeter, pasca operasi penglihatan pasien sudah mencapai satu meter. Memang ada sedikit kesulitan ketika proses penyedotan selaput karena selaput sudah mengeras,” ujar Tjahjono kepada wartawan.
Maturidi, salah seorang putra Nyak Sandang yang ikut menemani selama proses operasi, mengatakan langsung sujud syukur ketika mengetahui ayahnya sudah bisa melihat lagi.
“Saya langsung sujud syukur. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Ayah bisa melihat lagi meski masih jarak pendek,” ujar Maturidi penuh haru. Ditambahkannya, sebelumnya ia merasa khawatir mengingat usia ayahnya yang sudah 91 tahun. “Khawatir ada komplikasi.
Tetapi alhamdulillah, semua lancar dan setelah beberapa beberapa saat dites dokter, ayah bisa melihat berapa pun jari yang ditunjukkan dokter padanya. Satu, tiga, lima jari. Kami semua sangat bersyukur,” ujarnya.
Operasi Berhasil, Nyak Sandang Ingin Lihat Langsung Wajah Presiden Jokowi
Hal pertama yang disampaikan Nyak Sandang ketika dapat melihat kembali adalah keinginannya melihat langsung wajah Presiden Joko Widodo. “Saya ingin ketemu presiden supaya bisa melihat wajahnya.
Kemarin saya hanya pegang dan elus-elus tangan beliau. Saya ingin melihat wajahnya. Kata orang, wajah presiden ganteng,” ujar Nyak Sandang dalam bahasa Aceh, sebagaimana diterjemahkan Maturidi. Ucapan ini disambut gelak tawa tim dokter dan beberapa anggota keluarga yang mendengarnya.
Hal kedua yang ingin segera dilakukan “Ayah” demikian sebutan bagi sosok yang dikagumi di kampungnya di Lamno, Aceh, adalah bisa kembali membaca Al Qur’an.
Warga Aceh Sumbang Pembelian Pesawat Pertama Indonesia
Hampir 70 tahun lalu, tepatnya pada 16 Juni 1948, Presiden Sukarno membangkitkan nasionalisme rakyat Serambi Mekah. Di Hotel Kutaraja, Banda Aceh, dengan lantang presiden pertama Indonesia itu menyampaikan niatnya membeli pesawat terbang untuk melanjutkan perjuangan mempersatukan negeri.
Baca juga Bawa Bukti Sumbangan Pembelian Pesawat, Nyak Sandang Bertemu Jokowi
Bahu-membahu rakyat Aceh mengumpulkan sumbangan, mulai dari hasil pertanian, ternak dan perhiasan, yang totalnya setara dengan SGD 120 ribu dan 20 kilogram emas, yang kemudian digunakan untuk membeli dua pesawat jenis Dakota.
Pesawat yang kemudian diberi nama RI-001 dan RI-002 Seulawah ini menjadi pesawat angkut pertama di Indonesia. Pesawat Seulawah, yang berarti “Gunung Emas” ini, menjadi sarana transportasi Soekarno di era perjuangan itu, dan sekaligus mendorong dibukanya jalur penerbangan Jawa-Sumatera, bahkan hingga ke luar negeri. Pesawat ini menjadi cikal bakal maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Nyak Sandang Ikut Sumbang 100 Rupiah untuk Bantu Beli Pesawat Seulawah
Di antara mereka yang memberi sumbangan pada Soekarno pada tahun 1948 itu adalah Nyak Sandang, yang ketika itu baru berusia 23 tahun. Bersama kedua orang tuanya, ia menjual sepetak tanah dan 10 gram emas, yang semuanya dihargai senilai 100 rupiah.
Ia menyerahkan uang itu kepada negara. Dua tahun kemudian ia juga membeli obligasi pemerintah. Bukti pembelian itu dibawanya ke Istana Merdeka, Jakarta, Rabu malam (21/3) ketika ia bertemu Presiden Joko Widodo.
Dalam pertemuan itu Nyak Sandang menggarisbawahi pentingnya selalu mengingat sejarah. “Jangan pernah lupakan sejarah. Kami, rakyat Aceh, pernah menyumbang pembelian pesawat pertama untuk perjuangan Indonesia. Kami tidak berpikir dua kali ketika Presiden Soekarno datang meminta bantuan,” demikian ujar Nyak Sandang kepada Presiden Jokowi sebagaimana dituturkan putranya Maturidi.
Hal yang sama disampaikan pula oleh Nyak Sandang kepada Direktur PT Garuda Indonesia Pahala N. Mansury dan Direktur Kargo Indonesia Sigid Muhartono ketika menjenguk ke rumah sakit.
Soal dua permohonan lain yang disampaikan Nyak Sandang kepada Presiden Jokowi, yaitu ingin naik haji dan dibangunkan sebuah masjid di kampungnya, tampaknya masih menunggu koordinasi dengan berbagai pihak terkait.
“Sejauh ini Presiden sudah memerintahkan untuk mengkaji pembangunan masjid di kampung kami. Soal haji, presiden mengusulkan untuk umroh terlebih dahulu mengingat untuk haji ada proses antri dan prosedur lain yang harus dilewati,” ujar Maturidi.
Menurut rencana keluarga Nyak Sandang akan menggelar konferensi pers di RSPAD Gatot Subroto Paviliun Kartika, Sabtu pagi (31/3) untuk menyampaikan rasa terima kasih atas operasi yang sudah dilakukan dan dukungan luas masyarakat kepada beliau. [em]