Kepala AD Israel (Angkatan Darat) memberi tahu pasukannya pada Rabu (25/9) untuk bersiap menghadapi kemungkinan invasi darat ke Lebanon bahkan saat jet-jet tempur Israel membombardir target-target militan Hizbullah untuk hari ketiga berturut-turut.
“Anda dapat mendengar pesawat di sini; kami menyerang sepanjang hari, baik untuk mempersiapkan medan bagi kemungkinan masuknya Anda, tetapi juga untuk terus menyerang Hizbullah,” demikian pemberitahuan Letnan Jenderal Herzi Halevi kepada brigade tank, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak militer.
“Kita tidak akan berhenti. Kita akan terus menyerang dan melukai mereka di mana-mana,” kata Halevi. “Untuk melakukan ini, kita bersiap menghadapi arah manuver, dan maksudnya Anda akan memasuki wilayah musuh.”
Kepala Angkatan Darat itu berbicara kepada pasukannya beberapa jam setelah Hizbullah meluncurkan rudal balistik yang menarget markas besar badan intelijen Israel, Mossad, di dekat Tel Aviv.
Israel menembak jatuh rudal tersebut, tetapi Halevi memperingatkan, “Hari ini, Hizbullah memperluas jangkauan tembakannya, dan hari ini, mereka akan menerima respons yang sangat keras. Persiapkan diri kalian.”
Israel juga mengatakan telah mengaktifkan pasukan cadangan sebagai tanggapan atas pertempuran melawan militan Hizbullah yang didukung Iran.
Pejabat kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel telah menewaskan 50 orang lagi pada hari Rabu, sehingga jumlah korban tewas selama tiga hari menjadi 615, dengan lebih dari 2.000 orang terluka.
Presiden AS Joe Biden memperingatkan kemungkinan meluasnya peperangan di Timur Tengah. “Perang habis-habisan mungkin terjadi,” kata Biden dalam acara bincang-bincang televisi ABC “The View.” “Menurut saya, peluang masih ada untuk mencapai penyelesaian yang secara fundamental dapat mengubah seluruh wilayah,” katanya.
Namun, negosiasi untuk gencatan senjata dalam perang yang berlangsung hampir setahun antara Israel dan militan Hamas di Gaza telah menemui jalan buntu selama berbulan-bulan.
PBB mengatakan lebih dari 90.000 orang telah mengungsi akibat serangan Israel di Lebanon selatan, dan banyak dari mereka mencoba melarikan diri menuju utara ke Beirut, bahkan ketika jet tempur Israel juga menarget beberapa lokasi di ibu kota.