Gencil News – Virus Japanese Encephalitis (JE) adalah virus yang menimbulkan penyakit encephalitis atau peradangan otak yang parah dan mematikan.
Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex Tritaeniorhynchus, yang sering ditemukan di wilayah Asia, termasuk Indonesia.
Orang yang terkena virus ini memiliki gejala yang beragam, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
Masa inkubasi virus JE biasanya berkisar antara 4 hingga 14 hari, di mana penderita belum menunjukkan gejala apapun.
Pada fase awal, gejala JE umumnya serupa dengan gejala flu biasa, seperti demam tinggi, sakit kepala, dan mual. Namun, segera setelah itu, terdapat beberapa gejala yang lebih khas, seperti kejang, perubahan status mental, serta gangguan bicara dan berjalan.
Pada umumnya, penderita virus JE mengalami demam tinggi mendadak yang bisa mencapai suhu 40 derajat Celcius atau lebih.
Beberapa pasien bisa mengalami sakit perut atau mual, muntah, dan diare. Sedangkan gejala yang lebih parah biasanya meliputi kejang, gangguan kognitif, masalah bicara, serta keterbelakangan mental.
Beberapa pasien mungkin mengalami ensefalitis, yang bisa membuat otak membengkak dan menyebabkan gejala seperti sakit kepala hebat, penurunan kesadaran, dan kejang-kejang.
Pada beberapa kasus, pasien bisa mengalami koma atau bahkan mengalami kematian karena komplikasi dari virus JE.
Pada anak-anak, gejala awal yang dilaporkan adalah kejang-kejang, iritabilitas, muntah, diare, dan demam.
Namun, pada orang dewasa, gejala paling umum adalah sakit kepala, demam, serta gejala peningkatan tekanan dalam dunia kedokteran disebut sebagai hipertensi intrakranial.
Meskipun telah ditemukan vaksin untuk mencegah virus JE, namun tetap saja virus ini menjadi ancaman kesehatan di wilayah Asia termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, penderita yang mengalami gejala terkait virus JE harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Menghindari gigitan nyamuk Culex dan menjaga kebersihan lingkungan juga sangat penting untuk mencegah infeksi virus JE.