Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Pasien Koma Hamil, Polisi Periksa DNA Semua Staf Pria Rumah Sakit

×

Pasien Koma Hamil, Polisi Periksa DNA Semua Staf Pria Rumah Sakit

Sebarkan artikel ini
Seorang sopir taksi di Korea Selatan meninggal setelah membakar dirinya sendiri untuk memprotes layanan taksi online yang diluncurkan perusahaan aplikasi pesan teks terbesar di negara itu.
Seorang sopir taksi di Korea Selatan meninggal setelah membakar dirinya sendiri untuk memprotes layanan taksi online yang diluncurkan perusahaan aplikasi pesan teks terbesar di negara itu.
Pasien Koma Hamil, Polisi Periksa DNA Semua Staf Pria Rumah Sakit
Pasien Koma Hamil, Polisi Periksa DNA Semua Staf Pria Rumah Sakit

Polisi kota Phoenix, Arizona, hari Selasa (8/1) mengeluarkan surat perintah penggeledahan untuk mendapatkan DNA dari seluruh staf laki-laki di sebuah fasilitas perawatan jangka panjang di Phoenix, di mana seorang pasien perempuan yang selama bertahun-tahun berada dalam keadaan koma diketahui hamil dan melahirkan.

Kasus ini telah memicu kritik tajam terhadap fasilitas tersebut dan badan yang memonitor kinerja fasilitas itu, serta menyorot urgensi masalah keamanan pasien yang cacat atau koma.

Fasilitas itu, Hacienda HealthCare, menyambut baik perintah penggeledahan polisi tersebut.

“Kami akan bekerjasama dengan Kepolisian Phoenix dan seluruh badan-badan penyelidik lainnya untuk mengungkap fakta yang sangat mengganggu dan tidak pernah terjadi sebelumnya ini,” demikian petikan pernyataan Hacienda HealthCare.

Kasus ini pertama kali dilaporkan oleh situs berita lokal Azfamily.com. Seorang perempuan yang selama lebih dari 10 tahun berada dalam kondisi koma karena kecelakaan tenggelam, melahirkan bayi pada tanggal 29 Desember lalu.

Sersan Tommy Thompson dari Kepolisian kota Phoenix, Arizona Rabu (9/1) berjanji akan mengungkap siapa pelakunya (Foto: AP).
Sersan Tommy Thompson dari Kepolisian kota Phoenix, Arizona Rabu (9/1) berjanji akan mengungkap siapa pelakunya (Foto: AP).

Korban adalah Anggota Suku Apache

Pejabat-pejabat San Carlos Apache Selasa malam mengumumkan bahwa perempuan berusia 29 tahun itu terdaftar sebagai anggota kesukuan mereka, yang tinggal di bagian tenggara Arizona. Dalam pernyataan tertulis itu, pejabat suku itu mengatakan ketika melahirkan, perempuan itu masih berada dalam kondisi koma. Nama perempuan tersebut tidak disebut dalam pernyataan tersebut. Juga soal apakah staf fasilitas itu mengetahui kehamilannya, hingga melahirkan bayinya pada akhir tahun lalu.

“Atas nama suku kami, saya sangat terkejut dan merasa ngeri dengan perlakuan terhadap salah seorang anggota suku kami,” ujar kepala suku Terry Rambler. Ditambahkannya, “Ketika seseorang yang Anda cintai menjalani perawatan paliatif dan bergantung pada orang lain, Anda mempercayai sepenuhnya orang yang merawatnya. Sedihnya salah seorang pengasuhnya tidak dapat dipercaya dan mengambil kentungan darinya. Saya berharap keadilan dapat ditegakkan.”

Kuasa hukum perempuan malang itu, John Micheaels, mengeluarkan pernyataan tertulis bahwa keluarga mereka sangat marah dengan “kelalaian” yang terjadi dan memohon publik untuk menjaga privasi mereka.

Polisi Berjanji Lakukan Apapun untuk Temukan Pelakunya

Kepala polisi San Carlos Apache, Alejandro Benally, mengatakan “akan melakukan apapun untuk menemukan pelaku” dan bahwa departemen kepolisian akan membantu “apapun yang dibutuhkan.”

Juru bicara Hacienda HealthCare mengatakan tim penyelidik telah mengambil DNA seluruh staf laki-laki yang bekerja di fasilitas itu.

Sehari sebelumnya, CEO Hacienda HealthCare Bill Timmons mengundurkan diri. Keputusan itu diterima dengan suara bulan oleh seluruh dewan direktur fasilitas itu.

Kantor Gubernur negara bagian Arizona Dough Ducey menyebut situasi itu “sangat meresahkan.”

Hacienda HealtCare merawat bayi, anak-anak dan orang dewasa yang “secara medis sangat lemah” atau memiliki cacat perkembangan. Segera setelah laporan tentang apa yang dialami pasien di fasilitas itu mencuat, Departemen Layanan Kesehatan Arizona mengatakan langsung menerapkan langkah-langkah keamanan baru, yang mencakup penambahan jumlah staf ketika terjadi interaksi antar-pasien, memonitor kamar-kamar pasien lebih sering dan meningkatkan keamanan ketika jam kunjung pasien. (em)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *