Gencil News- Pada masa pandemi saat ini para pengusaha terus bertahan agar bisa membayar karyawannya serta mempertahankan karyawannya agar tidak terkena PHK secara massal.
Seperti pengusaha yang berada di Lembang, Jawa Barat ini yang memiliki usaha Terminal Wisata Grafika Cikole.
Saat ini untuk menyelamatkan operasional perusahaan serta gaji karyawan akibat penutupan tempat wisata karena PPKM. Pengelola harus dengan terpaksa menjual aset yang ia miliki, termasuk burung yang harganya bisa mencapai puluhan juta.
“Sebenarnya, kami ingin menyelamatkan operasional perusahaan untuk menutup gaji karyawan, sehingga mau tidak mau, salah satunya jual koleksi burung macaw,” kata General Manager Terminal Wisata Grafika Cikole, Sapto Wahyudi.
Sapto mengatakan bahwa aset burung yang pengelola jual itu ada enam ekor burung macaw. Burung dengan paruh bengkok tersebut laku seharga Rp30 juta dengan ukuran sedang serta Rp100 juta bagi ukuran besar.
Hasil dari penjualan burung macaw yang sudah laku ini untuk menutup operasional perusahaan, salah satunya gaji karyawan.
“Intinya, bisa menutup gaji karyawan satu bulan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa PPKM yang saat ini pemerintah perpanjang membuat perusahaan tidak mengantongi pemasukan sama sekali karena objek wisata tutup.
“Kunjungan sudah nggak ada sama sekali. Kami cuma berharap dari kamar karena status kamar masih boleh buka, walaupun sangat tidak sesuai ekspektasi kami,” tuturnya.
Berbagai cara sudah mereka lakukan seperti promo besar-besaran kepada pengunjung. Namun demikian okupansi tetap saja masih jauh dari target pencapaiannya.
“Sudah promo kamar cukup jauh kita diskon sampai 30-40 persen kamar. Dengan catatan terisi 25-35 persen (okupansi), tapi tidak tercapai,” ujarnya.
Sebelum adanya PPKM pada 3 Juli lalu. Wisata Grafika Cikole memperkerjakan total 105 karyawan yang terdiri dari 30-40 karyawan saat weekday serta 80 karyawan saat weekend.
“Sekarang (saat PPKM) yang masuk cuma 5 persen. Paling banter kalau ada yang menginap, 10 persen (karyawan) dari total 105 karyawan,” pungkasnya.
Hingga saat ini perhitungan pengelola terhadap kerugiannya dari awal pandemi mencapai 2 miliar.