Gencil News – Sebagai negara konsumen kedua terbesar dunia, India kelabakan untuk memenuhi pasokan kebutuhan minyak goreng. Hal ini merupakan imbas dari kebijakan presiden Indonesia melarang ekspor bahan baku minyak sawit.
Warga India sebagian besar menggunakan minyak goreng dari sawit, kedelai dan bunga matahari. Untuk minyak sawit sendiri, India mengimpor 90% kebutuhan dari Indonesia dan Malaysia. Sekitar setengahnya berasal dari Indonesia saja.
Sementara setengah dari kebutuhan minyak goreng dari bunga matahari berasal dari Rusia dan Ukraina, yang terdiri dari 80% ekspor global.
Cadangan minyak sawit di Malaysia, produsen terbesar kedua dunia, juga ketat.
Tahun ini, India akan menghabiskan sekitar US$20 miliar untuk impor minyak goreng, dua kali lipat daripada dua tahun lalu.
“Tak ada negara yang sangat tergantung pada pada impor. Kami sangat berdarah sekarang. Ini krisis besar. Kami perlu belajar dari krisis ini untuk mengurangi ketergantungan pada impor,” kata BV Mehta, direktur Solvent Extractors Association, asosiasi perdagangan minyak goreng.
India mengurangi tarif minyak goreng untuk meredam harga. Namun melonjaknya harga sejak 2020 dan terganggunya pasokan karena perang Ukraina, memperparah kondisi.
Sejumlah laporan menyebutkan, warga menumpuk pasokan.
Sebagian besar makanan jalanan India adalah gorengan. Selain nasi, gandum dan garam, minyak goreng adalah seperti layaknya makanan pokok bagi kelompok paling miskin di India.
“Naiknya harga minyak goreng jelas sangat mengganggu,” kata Sudhanshu Pandey, pejabat tinggi India yang menangani pasokan pangan.