Scroll untuk baca artikel
Nasional

Jokowi Sambut Paus Fransiskus di Istana 4 September 2024

×

Jokowi Sambut Paus Fransiskus di Istana 4 September 2024

Sebarkan artikel ini
Jokowi Sambut Paus Fransiskus
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengimbau masyarakat untuk menghindari area sekitar Jalan Sudirman, Jakarta pada 5 September 2024. Paus dijadwalkan menggelar Misa Akbar yang akan dihadiri 90 ribu umat Katholik dari seluruh Indonesia di Stadium GBK. (Biro Setpres)

Jokowi sambut Paus Fransiskus dalam kunjungan kenegaraan yang dijadwalkan tiba pada tanggal 3 September 2024. Kunjungan ini menjadi momen bersejarah bagi Indonesia dan umat Katolik di seluruh negeri, dengan serangkaian agenda yang telah dipersiapkan untuk mempererat hubungan diplomatik dan keagamaan.

Jokowi Sambut Paus Fransiskus di Istana Negara

Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri, Andy Rachmianto, menjelaskan dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan bahwa Paus Fransiskus akan tiba di Jakarta pada 3 September 2024. Keesokan harinya, pada tanggal 4 September, akan dilangsungkan upacara kenegaraan yang diterima langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka.

“Jadi sesuai dengan acara program yang sudah kita bahas dengan pihak Vatikan, rencananya Paus akan tiba di Jakarta pada tanggal 3 September 2024 yang akan datang. Kemudian pada tanggal 4 September sebagai tamu negara tentunya akan diadakan acara upacara resmi kenegaraan yang akan diterima oleh Bapak Presiden di Istana Merdeka dan juga akan ada kegiatan di istana negara pada tanggal 4 September,” ungkap Andy.

Pada tanggal 5 September, Paus Fransiskus dijadwalkan memimpin misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang akan dihadiri sekitar 90 ribu umat Katolik dari berbagai penjuru Indonesia. Selain itu, Paus juga akan melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, mempertegas pesan perdamaian dan toleransi antarumat beragama.

Makna Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini bukan hanya sekadar agenda kenegaraan, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi hubungan antarumat beragama. Romo Thomas Ulun Ismoyo, perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), menyatakan bahwa Indonesia dianggap sebagai miniatur keberagaman dan toleransi, di mana berbagai umat beragama hidup berdampingan secara harmonis.

Baca juga  Tanggapan Jokowi Ciri-ciri Calon Presiden Berambut Putih

“Yang pasti Paus Fransiskus dimana-mana ketika ia berbicara atau hadir dalam undangan dengan kapasitasnya sebagai Kepala Negara Vatikan dan sebagai pemimpin gereja Katolik seluruh dunia, pesan-pesannya adalah pesan perdamaian, kemanusiaan. Dengan kata lain pesannya adalah pesan-pesan universal. Maka kunjungan-kunjungan yang dilakukannya nanti ke Indonesia itu meng-cover dan melingkupi beberapa aspek,” ungkap Romo Thomas.

Paus Fransiskus dikenal dengan pesan-pesan universalnya yang selalu menekankan pentingnya perdamaian dan kemanusiaan. Pertemuan Paus dengan para pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal diharapkan dapat memperkuat semangat persaudaraan dan kerja sama antarumat beragama di Indonesia.

“Di Indonesia pemimpin agama itu perannya signifikan, karena pemimpin agama itu punya umat dan punya pengaruh. Maka ketika para pemimpin agama yang punya umat dan punya pengaruh bersatu, bersekutu, punya mimpi yang sama lalu timbul keprihatinan yang sama. Jadi, marilah kita bergandengan tangan untuk menuju kemanusiaan yang semakin baik, persaudaraan yang semakin sejati dan kebaikan bersama untuk masyarakat. Pesan-pesan itu saya yakin akan disampaikan,” jelasnya.

Persiapan Khusus untuk Misa Akbar di GBK

Misa akbar di GBK pada tanggal 5 September menjadi salah satu puncak acara kunjungan Paus Fransiskus. Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, mengimbau masyarakat untuk menghindari area sekitar Jalan Sudirman pada hari tersebut, mengingat akan ada pengalihan arus lalu lintas di beberapa titik. Selain misa, Paus juga akan berpartisipasi dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta Convention Center (JCC), yang akan dihadiri Presiden Jokowi.

Baca juga  Presiden Jokowi Setujui Pembebasan Abu Bakar Bashir

“Tanggal 3, 4, 5, dan 6 kita kedatangan tamu negara, yaitu Yang Mulia Paus Fransiskus di mana tanggal 3 kedatangan, tanggal 4 adalah kegiatan kenegaraan diterima oleh Bapak Presiden,” ungkap Heru.

Misa akbar yang dipimpin langsung oleh paus di GBK pada 5 September, kata Heru, berbarengan dengan sebuah acara penting lainnya, yakni Indonesia Sustainability Forum (ISF) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC). Acara tersebut, katanya, menurut rencanaakan dihadiri oleh Presiden Jokowi. Maka dari itu, Heru mengimbau masyarakat untuk menghindari area Jalan Sudirman pada 5 September, atau bekerja dari rumah (WFH).

“Sehingga saya menghimbau kepada masyarakat untuk mencermati ini, khususnya tanggal 5 September. Nanti akan dijelaskan oleh Kepala Dinas Perhubungan dari Polda maupun dari Kodam atau Kodim. Terkait arus lalu lintas, nanti akan ada pengalihan di titik-titik tertentu,” tuturnya.

Simbol Toleransi dan Kebersamaan di Terowongan Silaturahim

Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang terhubung oleh Terowongan Silaturahim menjadi simbol nyata toleransi antarumat beragama di Indonesia. Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menyambut hangat kunjungan Paus Fransiskus dan menegaskan pentingnya menghargai tamu, apapun agamanya. Kehadiran Paus di Masjid Istiqlal menjadi momen berharga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah contoh negara yang mengedepankan toleransi dan kerukunan.

Baca juga  Paus Fransiskus Terperangkap Dalam Lift, Misa Pun Tertunda

“Kami , umat Islam, memang mayoritas di Indonesia,, tetapi kita dipilih oleh paus untuk berkunjung. Itu satu hal yang sangat menarik. Ada hadistnya yang menyebutkan, hargailah tamunya sekalipun tamu itu non-muslim. Jadi saya menghimbau kepada segenap warga bangsa Indonesia, apapun agamanya. untuk menghargai tamu. Bukan hanya paus, tapi siapapun tamu bangsa Indonesia,” ungkap Nasaruddin.

Nasaruddin mengungkapkan hampir semua kepala negara dan tamu istimewa selalu diajak Presiden Jokowi mengunjungi Masjid Istiqlal. Menurutnya, masjid itu memiliki daya tarik yang luar biasa, dan salah satunya adalah erowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, dua rumah ibadah besar di Indonersia. Kehadiran terowongan seperti itu, kata Nasaruddin, merupakan yang pertama di dunia.

“Itu gagasan dari Bapak Presiden kita yang memberi nama terowongan itu, Terowongan Silaturahim. Saya kira ini juga menjadi salah satu faktor daya tarik kedua rumah ibadah ini. Jadi bukan hanya sekedar tunnel atau terowongannya, tapi juga simbol atau ikon toleransi, bahwa di Indonesia sesama warga negara Indonesia sedemikian akrabnya satu sama. lain. Jadi kita bisa betul-betul membuktikan bahwa kita itu satu,” tutupnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *