Gencil News – VOA – Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanthi mengatakan upaya mitigasi kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan dengan pemantauan hotspot (titik api) melalui satelit yang diperbarui dua kali dalam sehari.
“Kita lakukan pemantauan dari data-data hotspot dan sebagainya. Kita juga lakukan ground check atau cek di lapangan untuk memastikan apakah titik api yang teridentifikasi di satelit itu memang benar-benar api atau bisa saja ini pantulan sinar Matahari di atap seng. Kalau confidence atau tingkat keyakinannya lebih dari 80 persen maka kita segera lakukan pemadaman di darat. Kalau diperlukan kita lakukan pemadaman udara,” kata Laksmi Dhewanthi.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan berdasarkan hasil pemantauannya, potensi El Nino di Indonesia sudah di atas 50 persen yang akan berkembang menjadi El Nino Moderat, sehingga berdampak pada potensi kekurangan hujan di Indonesia akan menjadi nyata. Upaya antisipasi kekeringan perlu dilakukan diantaranya dengan menggunakan air hujan yang masih terjadi di sejumlah wilayah untuk mengisi waduk dan embung yang dikelola dengan baik.
“Khusus untuk wilayah-wilayah yang memiliki gambut, khususnya Sumatera Kalimantan itu dilakukan pembasahan melalui baik dialiri air dari tanah maupun menggunakan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca),” imbau Guswanto.
Berdasarkan peta potensi kebakaran hutan, hingga 23 Juni 2023 oleh BMKG, wilayah dengan potensi kebakaran hutan terdapat di sebagian wilayah Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, dan Riau), Wilayah Kalimantan (Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah), dan wilayah Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur)