Gencil News – VoA – Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan berbagai acara menjelang pilkada serentak 2020.
Ikut andil dalam penambahan kasus baru virus corona yang semakin hari semakin tinggi.
Jumlah kasus baru virus corona pada Kamis (24/9), katanya, mencapai rekor tertinggi, yakni 4.634. “Kami masih melihat penambahan kasus positif yang cukup tinggi dan ini juga terkait dengan Pilkada,” ungkap Wiku dalam telekonferensi pers, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (24/9).
Wiku mengaku, prihatin dengan keputusan ara bakal calon kepala daerah yang masih mengadakan acara yang mengundang kerumunan orang di tengah pandemi.
“Apapun alasannya sudah sepatutnya bahwa wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat betul-betul dapat melindungi rakyatnya, keselamatan rakyatnya sehingga semua pesta demokrasi bisa dijalankan dengan baik,” imbuhnya.
Ia mengapresiasi kebijakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang merevisi peraturan KPU (PKUPU) nomor 13 tahun 2020.
Peraturan yang direvisi ini melarang seluruh kegiatan yang berpotensi mengundang kerumunan, seperti konser musik, bazar dan perlombaan, dan menjatuhkan sanksi kepada bakal calon kepala daerah yang melanggarnya.
Masyarakat Sudah Abai Terhadap Protokol Kesehatan
Selain hajatan jelang Pilkada serentak 2020, Wiku menjelaskan penambahan kasus positif corona juga disebabkan oleh sikap masyarakat yang tidak mengindahkan protokol kesehatan.
“Dan hal ini diperburuk oleh perilaku masyarakat yang masih sering berkerumun sehingga meningkatkan risiko penularan. Seiring dengan jalannya waktu, kami melihat masyarakat semakin lengah abaikan protokol kesehatan. Masyarakat seolah tidak memiliki empati meski telah menyaksikan begitu banyak korban yang muncul setiap hari menjadi kasus positif Covid-19,” paparnya.
Wiku mengatakan, sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempunyai stigma negatif terhadap siapapun yang terinfeksi virus ini, sehingga banyak warga enggan untuk menjalani tes.
Tidak hanya itu, menurut Wiku, banyak warga yang mengkhawatirkan biaya perawatan yang tinggi bila mereka terbukti positif tertular corona. Padahal, katanya, pemerintah menjamin perawatan hingga sembuh.
“Terakhir kami melihat tren berita bahwa ada berita yang katakan terjadinya konspirasi anti-Covid yang belum tervalidasi dan tidak berbasis pada data ilmiah yang sayangnya masih dipercaya oleh masyarakat. Kami imbau masyarakat betul-betul bisa bekerja sama dengan pemerintah, karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kita butuh kolaborasi dengan masyarakat untuk tekan angka penularan,” ujar Wiku.
Angka Kematian Akibat Corona di RI Masih di Atas Rata-Rata Global
Dalam kesempatan ini, Wiku juga mencatat kasus aktif corona di tanah air mencapai 60.064 atau 22,9 persen, sedikit di bawah rata-rata dunia yakni 23,6 persen.
Begitu juga dengan angka kesembuhan yang mencapai 191.853 atau 73,2 persen, di bawah rata-rata global, yakni 73,77 persen.
Satgas Covid-19, ujar Wiku, masih berusaha untuk menekan angka kematian. Pasalnya secara kumulatif jumlah kasus meninggal mencapai 10.105 atau 3,9 persen, di atas persentase kematian global (3,05 persen).
Adapun penyumbang angka kesembuhan tertinggi dalam kurun waktu sepekan yakni DKI Jakarta (1540), Jawa Barat (1093), Jawa Tengah (845), Aceh (730) dan Kepulauan Riau (247).