Gencil News – Pilgub Kalimantan Barat (Kalbar) 2024 barangkali hanya menjadi pertarungan head to head antara Petahana Bersama Lanjutkan (Midji-Norsan) dan kandidat yang akan diusung oleh PDIP dan koalisinya.
Setelah Midji dan Norsan menyatakan tetap bersama sebagai pasangan, maka posisi ini akan menjadi magnet tersendiri yang akan menarik minat lebih banyak partai politik untuk mengusung mereka karena petahana memiliki pesona kemenangan.
Setelah sekian banyak isu, spekulasi dan prediksi bahwa Midji dan Norsan akan berpisah jalan kemudian menyatakan tetap bersama merupakan langkah maju yang dapat menguatkan kepercayaan para pendukung mereka yang sebelumnya telah lama menunggu.
Dengan demikian, psikologis pendukung dan mungkin pemilih setia Midji Norsan semakin percaya diri dan solid sejak di awal kompetisi. Deklarasi lebih awal dan menyatakan tetap bersama merupakan langkah taktis petahana yang akan menentukan desain kompetitor dari pihak lawan. Petahana sudah selangkah lebih kuat dari penantang.
Petahana mungkin saja dapat dikalahkan dengan melihat suasana kebatinan masyarakat Kalbar dalam lima tahun terakhir.
Desain kompetitor biasanya jawaban lain dari eksistensi petahana selama memimpin. PDIP dan koalisinya bertugas menemukan realitas baru dalam merancang desain kompetitor tersebut supaya petahana merasakan sedikit rasa takut pada kekalahan dan rasa khawatir didalam kepercayaan diri mereka yang sekarang.
Desain Kompetitor yang diciptakana harus mampu mengusik eksistensi petahana, dan mengeluarkan petahana dari zona nyaman mereka yg sekarang.
Soal menang atau kalah adalah takdir, jika petahana dinilai kuat, maka desain kompetitor mesti lebih tangguh dari spesifikasi elektoral yang dimiliki oleh petahana.
Publik melihat Lasarus sebagai salah satu kader banteng yang mentereng di Kalbar karena pergaulan level nasional yang dimilikinya, petahana DPR RI, kekuatan logistik yang setara, jaringan pendukung yang prima di timur Kalimantan Barat dan kader partai militan di daerah.
Namun, spesifikasi ini belum cukup tajam tanpa pendamping yang ototnya kawat, tulangnya besi dan di dadanya bersarang zatnya halilintar. Lasarus dan pasangannya tersebut diyakini akan mampu mengusik kemapanan elektoral petahana yang sudah menguat sebelumnya.
Oleh karena itu, dari pilihan figur pendamping yang sedikit berdasarkan spesifikasi tersebut mungkin Lasarus memerlukan figur politisi senior, dikenali di pesisir, disegani petahana, no drama, jaringan yg kuat di elite dan paling bersih daya tolaknya di publik.
Nah, barulah pertarungan head to head antara petahana dan penantang akan menemukan titik keseimbangan baru. Petahana akan habis habisan mempertahankan pesona kemenangannya, sedangkan penantang akan puputan menumbangkan eksistensi elektoral petahana.
Pilgub Kalbar 2024 hanya akan menjadi pertarungan head to head dua pasang saja karena, pertama semua parpol akan terbagi habis di polarisasi dua kutub parpol pengusung untuk petahana dan kandidat dari koalisi PDIP saja.
Oleh karena, PDIP hanya memerlukan satu saja kawan koalisi dari parpol bergaris religius untuk memberikan tiket kepada satu pasangan, atau dapat menambah lagi partai dari basis nasionalis demi memperkokoh bangunan koalisi.
Sedangkan, sisa partai politik yg tidak merapat ke koalisi PDIP akan tersedot masuk ke koalisi untuk mengusung petahana karena sebagian besar partai politik tersebut memiliki keyakinan mendukung petahana akan berpeluang menang kembali.
Polarisasi ini tentu menutup koalisi parpol yg mau mengusung penantang tambahan. Kedua, belum adanya indikasi keterlibatan kelompok pemodal kuat atau elite berpengaruh yang tidak menghendaki majunya petahana atau kandidat dari koalisi PDIP, sehingga diperlukan penantang tambahan.
Skenario ini tidak akan ada gunanya untuk mengubah konstalasi elektoral jika penantang tambahan tidak memiliki spesifikasi setara seperti kandidat dari koalisi PDIP atau Petahana.
Jika tidak menghendaki petahana terpilih kembali, maka kelompok berpengaruh tadi hanya perlu membackup serius pasangan dari koalisi PDIP untuk menang, atau sebaliknya.
Terlebih lagi, munculnya penantang tambahan akan mendapat reaksi sinis dari publik pemilih sebagai boneka. Jadi penantang tambahan tidak lagi relevan.
Terakhir, pertarungan head to head ini penting karena dinamikanya akan lebih memastikan arah dukungan elite di atas dan keputusan publik di level bawah dalam menguji kedewasaan berpolitik kita yg selama ini dikenal mempolitisasi sentimen etnis dan kesukuan.
Kita ingin menguji polarisasi pilihan ini akan menghasilkan persaingan politik gagasan atau malahan memperkuat politisasi etnis yg berulang setiap pemilihan.
Pertarungan head to head kali ini harus menjadi peristiwa politik monumental karena elite dan masyarakat untuk pertama kalinya bersama-sama mendorong politik gagasan sembari mereduksi residu sentimen etnis.
Eksperimen demokrasi melalui kompetisi head to head ini adalah jalan baru untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita di daerah.
Oleh karena itu, baik petahana ataupun kandidat dari koalisi PDIP sebaiknya menyiapkan gagasan terbaik mereka untuk di pertengkaran di muka publik.
Penulis : Ireng Maulana – Pengamat Politik Kalbar