Gencil News – Pontianak – Kementerian Pertanian RI, bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan didukung oleh Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA) Republic of Korea (ROK).
Meluncurkan program Komunitas Intervensi Biosekuriti Demam Babi Afrika (Community ASF Biosecurity Intervention/CABI) di Kota Pontianak.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mencegah penyebaran African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika yang mengancam ternak babi.
Penandatanganan pakta integritas oleh Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian bersama FAO menandai peluncuran program CABI ini di Aula Aloevera Center Pontianak Utara pada Selasa (30/4/2024).
Perwakilan FAO Indonesia, Oemi Praptanto, menjelaskan bahwa ASF merupakan penyakit menular dengan tingkat kematian yang tinggi pada ternak babi. ASF disebabkan oleh African Swine Fever Virus (ASFV) yang menyerang berbagai jenis babi, baik ternak maupun liar. Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menempati posisi keenam nasional dalam populasi babi domestik, dengan sebagian besar peternak menggunakan pola tradisional yang belum menerapkan biosekuriti secara optimal.
Tingginya risiko ASF di Kalbar telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak mikro-kecil. Oleh karena itu, Indonesia mengadopsi Program CABI yang telah terbukti berhasil di Asia Pasifik untuk mencegah ASF pada ternak babi. Program ini bertujuan untuk memitigasi risiko penyakit ASF pada peternak skala kecil melalui penguatan biosekuriti.
Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian menyambut baik Program CABI sebagai solusi untuk mengatasi risiko ASF dan memperbaiki situasi kesehatan hewan di Kota Pontianak. Diharapkan program ini dapat membantu Kota Pontianak menjadi pengekspor babi, bukan hanya sebagai importir, sehingga pendapatan peternak meningkat.
Kepala Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Bintoro menyatakan apresiasi atas program CABI di Kota Pontianak sebagai langkah perlindungan bagi ternak babi dari ASF. Saat ini, terdapat sekitar 200 ekor ternak babi skala kecil di wilayah Pontianak Utara, yang diharapkan dapat terlindungi dan terhindar dari ASF melalui kerjasama antara Pemkot Pontianak dan FAO.