Kota Pontianak resmi meluncurkan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) untuk meningkatkan keamanan siber dan menangkal ancaman serangan siber.
Kota Pontianak menjadi salah satu dari 32 kabupaten/kota di Indonesia yang turut serta dalam peluncuran Computer Security Incident Response Team (CSIRT) atau Tim Tanggap Insiden Siber (TTIS) yang diselenggarakan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Acara peluncuran ini diadakan di Aula dr. Roebiono Kertopati, Kantor BSSN Sawangan, Depok, pada Rabu (24/7/2024).
Peluncuran CSIRT ditandai dengan penekanan tombol secara serentak dan dilanjutkan dengan penyerahan Surat Tanda Registrasi (STR) oleh Kepala BSSN, Hinsa Siburian.
Pj Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Zulkarnain, menjelaskan bahwa CSIRT merupakan tim yang dibentuk untuk bergerak cepat dalam mendeteksi dan menangani permasalahan keamanan siber di suatu instansi. Di Kota Pontianak, CSIRT telah aktif dan berperan dalam memberikan layanan keamanan siber bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak.
“Pembentukan CSIRT ini merupakan langkah penting bagi Kota Pontianak untuk mengantisipasi dan menanggulangi berbagai ancaman keamanan siber yang dapat mengganggu stabilitas jaringan dan layanan publik,” jelas Zulkarnain usai acara.
Fokus CSIRT Pontianak tidak hanya pada perlindungan infrastruktur pemerintah, tetapi juga menjangkau sektor swasta, termasuk perusahaan dan lembaga keuangan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua entitas di Kota Pontianak memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk melindungi diri dari serangan siber yang berpotensi merusak.
Salah satu langkah awal yang dilakukan CSIRT Pontianak adalah melakukan pemetaan risiko keamanan siber di seluruh sektor, baik pemerintah maupun swasta. Pemetaan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi titik lemah yang dapat dieksploitasi oleh para penyerang.
“Dengan kolaborasi yang kuat antara sektor publik dan pemangku kebijakan, kami yakin CSIRT Pontianak akan menjadi garda terdepan dalam melindungi infrastruktur teknologi informasi di Kota Pontianak dari serangan siber yang merugikan,” ungkap Pj Sekda.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi dalam sambutannya menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak tim tanggap siber mengingat tingginya ancaman siber. Data dari Astra Security 2024 menunjukkan adanya 2.200 serangan siber global per hari, dengan Indonesia berada di peringkat ke-10 target serangan siber global.
“Peluncuran CSIRT atau TTIS ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat antisipatif, seperti memberikan perlindungan dari ancaman pencurian data,” papar Menkominfo.
Ia berharap peluncuran ini akan mendorong percepatan pembentukan tim tanggap insiden siber di seluruh Indonesia, diawali dengan kesadaran internal untuk membentuk CSIRT.
“Kunci CSIRT ada lima, identifikasi, proteksi, deteksi, respon dan pemulihan. Kita perlu cermati dalam implementasi teknis, karena selalu ada tantangan seperti keterbatasan sumber daya anggaran dan manusia,” katanya.
Kepala BSSN RI, Hinsa Siburian, menambahkan bahwa perlindungan siber meliputi tiga lapis ruang, yaitu infrastruktur, ruang logika, dan ruang sosial. Ketika serangan siber terjadi, outputnya adalah rekayasa informasi dan propaganda kepada masyarakat.
“Serangan siber dilakukan dengan mencari celah melalui referensi data yang dicuri,” terangnya.
Ia mencontohkan kejahatan siber yang baru-baru ini terjadi, di mana motifnya adalah menyandera data untuk kemudian meminta imbalan.
“Semakin maju teknologi, semakin maju pula malware-nya, bahkan bisa berada di depan kita,” pungkasnya.