Pengalaman Hedi Yunus di AS, Terharu Dapat Ucapan dari Warga Yahudi -“New York kota yang keren banget, indah tapi macetnya sih sama dengan Jakarta”, begitulah kesan Hedi Yunus yang sejak beberapa hari lalu berkunjung ke kota New York, Amerika. Penyanyi yang baru saja meluncurkan album Hedi Yunus The Greatest Hits pada April lalu ini, memilih kota New York untuk berlibur.
“Setelah lebaran kemarin, ada beberapa hari yang kosong dan belum ada jadwal konser musik, kebetulan saya masih penasaran untuk datang ke New York lagi. Jadi liburan kali ini khusus datang ke kota ini,” ujar vokalis Kahitna Band, yang dikenal dengan tembang-tembang hits solo seperti Suratku, Meskipun Berpisah, Mengertikah, Ramadhankan Hatiku dan Kristal-Kristal Cinta (duet dengan penyanyi, Irma June).
Salah satu lagu dalam album Hedi Yunus Greatest Hits, berjudul Jika sudah diputar dan didownload oleh lebih dari 1 juta pendengar Spotify. Lagu ciptaan Melly Goeslaw ini diaransemen oleh Andezz, musisi lulusan Berklee College of Music di Boston, dan diproduseri oleh Seno M Harjo. Dalam lagu ini Hedi berduet dengan penyanyi muda, Sara Fajira.
“Sebenarnya tahun 2010 saya pernah pergi ke New York tapi cuma sehari, satu malam saja. Naik bus dari Washington DC ke New York,” kata Hedi saat ditemui VOA di area Central Park, New York.
“Kota ini lebih motropolis dari Jakarta. Publik kota ini cukup disiplin, buang sampah tidak sembarangan, juga budaya antri di mana-mana,” tambah Hedi yang selama berada di New York, cukup rajin membagi cerita kepada lebih dari 127.000 follower Instagram miliknya.
Namun, satu hal yang membuat Hedi terkesan di kota ini adalah kehidupan masyarakat yang saling menghargai dan penuh toleransi satu dengan lainnya. Tidak ada perbedaan antara latar belakang budaya, etnis dan agama. Hedi tampak sangat terharu, saat akan melaksanakan ibadah sholat Jumat yang diadakan di dalam gedung The Global Center for Academic and Spiritual Life, kampus New York University (NYU) yang terletak di area Washington Square Park, Manhattan.
Saat akan memasuki pintu gedung, di depan pintu Hedi disambut oleh sejumlah orang yang memberikan salam “Shalom. Jumat Mubarak”, sambil tersenyum dan membawa poster bertuliskan Peace (damai), ‘Our diversity is our Strength’ (Keragaman kami adalah kekuatan kami), ‘Jewish New Yorkers Support Our Muslim Neighbors’ (Warga Yahudi New York Mendukung Tetangga Muslim Kita) dan berbagai simbol-simbol perdamaian lainnya.
“Wah. terharu banget melihat ini. Speechless. Mereka ini komunitas Yahudi yang setiap hari Jumat datang kesini untuk mendukung umat Islam beribadah Sholat Jumat,” kata Hedi yang terkesima menerima ucapan dari komunitas Yahudi. Hedi sempat bertegur sapa dan disambut dengan ramah dan senyum persahabatan.
“Kami hadir di sini untuk mendukung sahabat Muslim, semua bebas beribadah,” ujar Deborah perwakilan dari Komunitas Yahudi Beit Simchat Torah, Newyork.
“Jadi ingat kondisi di tanah air kita ya. Ini mengingatkan kita sebagai Muslim itu harus peace dan toleran. Mereka ini tulus banget. Duh, gue jadi mau nangis,” tambah Hedi yang langsung membagi cerita ini lewat instastory.
“Alright everybody, Assalamualaikum, thank you very much,” Hedi mengucap salam sebelum masuk gedung. “Waalaikumsalam. Jumat Mubarak,” jawab mereka.
Setelah Sholat Jumat, Hedi kembali bertemu dengan komunitas Yahudi New York ini. Mereka masih berada di luar gedung dan saling berbincang dengan para jamaah yang baru selesei Sholat Jumat.
Hedi kembali membagi cerita ini melalui instastory, dan dalam hitungan detik cerita ini di repost dan reshare oleh para netizen.
“Ini pengalaman menarik banget, mari kita bersama-sama membangun kehidupan yang penuh toleransi,” kata Hedi saat meninggalkan gedung kampus, menutup perbincangan. (nr)