Gencil News – Taylor Swift penyanyi internasional yang namanya dijadikan nama mata kuliah jurusan terbaru untuk jurusan Psikologi di Arizona State University (ASU).
Berdasarkan situs resmi ASU, mata kuliah yang dinamakan Psychology of Taylor Swift – Advanced Topics of Social Psychology ini menjadikan Taylor Swift sebagai objek penelitian psikologi.
“Mata kuliah ini pada dasarnya menggunakan Taylor Swift sebagai contoh selama satu semester mengenai berbagai fenomena – gosip, hubungan, dan balas dendam,” kata dosen pengampu Alexandra Wormley, seperti dilaporkan oleh Billboard, Selasa (15/8).
“Kelas ini bukanlah seminar mengenai seberapa besar kami menyukai atau tidak menyukainya – kami hanya ingin belajar tentang psikologi,” sambungnya.
Sebagai bahan ajar, Wormley mebahas album Taylor Swift yang dilihat dari kacamata psikologi.
Salah satu album yang digunakan sebagai bahan ajar yaitu album keenam dari Taylor Swift yang bertajuk Reputation (2017). Menurut Wormley album itu ditafsirkan sebagai momen comeback monumental dari Swift.
“Album keenam Taylor, Reputation, menjadi penegas comeback-nya setelah menghilang dari sorotan publik akibat konflik dengan Kim Kardashian dan Kanye West,” ungkap Wormley.
“Dia membalas dendam kepada mereka, dan lanskap media secara lebih luas, dengan merilis album yang sangat sukses dilengkapi dengan tur stadion,” sambungnya.
“Para mahasiswa mengetahui hal ini, tetapi apakah mereka tahu mengapa kami suka balas dendam? Apakah mereka tahu bagaimana kami melakukan balas dendam? Psikologi sosial dapat memberi tahu kita,” jelasnya.
Taylor Swift sendiri belakangan menjadi sangat populer dan menjadi tokoh favorit untuk dijadikan bahan mata kuliah di berbagai universitas di AS.
Clive Davis Institute of Recorded Music YU pertama kali membuka kelas pertamanya tentang Taylor pada Februari 2022, dan menjadikan seorang penulis Rolling Stone, Brittany Spanos sebagai tenaga pengajar.
Kemudian disusul oleh Universitas Texas di Austin yang juga membuka kelas mengenai liberal arts yang membedah lirik.
Kelas tersebut dinamakan Literary Contests and Contexts – The Taylor Swift Songbook. Mata kuliah membagas mengenai perbandingan syair milik Taylor Swift dengan para legendaris seperti Geoffrey Chaucer, Shakespeare, Emily Dickinson, hingga Sylvia Plath.
Kemudian yang terbaru Stanford University membuka sebuah kelas musim dingin tajuk All Too Well (10 Week Version), yang menganalisis lirik emosional yang tedapat pada rilisan album Taylor Swift tersebut.