Gencil News – VOA – Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan niatnya untuk memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Pengumuman ini terjadi dalam pawai tahunan Hari Buruh Internasional di mana Petro menyatakan alasan pemutusan hubungan tersebut adalah tindakan Israel di Gaza. Rabu (1/5)
Dalam pidatonya, Petro menyatakan, “Karena mereka mempunyai pemerintahan, memiliki presiden yang melakukan genosida. Saya percaya bahwa saat ini seluruh umat manusia, jutaan orang yang turun ke jalan-jalan, setuju dengan kita dan kita setuju dengan mereka. …Jika Palestina mati, maka umat manusia akan mati dan kita tidak akan membiarkannya mati karena kita tidak akan membiarkan umat manusia mati.”
Tindakan ini telah mengundang perhatian dan dukungan dari pendukung Petro serta para pekerja, yang berbaris melintasi pusat Kota Bogota untuk memperingati Hari Buruh sambil mendukung reformasi presiden.
Tindakan solidaritas juga terlihat dari sejumlah warga Palestina yang berkumpul di Deir Al-Balah, Jalur Gaza, pada 1 Mei 2024, untuk mendapatkan makanan yang dimasak oleh pekerja World Central Kitchen (WCK).
Petro, yang merupakan presiden sayap kiri, tidak hanya mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik, tetapi juga mengkritik keras Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia berencana untuk bergabung dengan Afrika Selatan dan mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional, menuduh Israel melakukan genosida.
Informasi dari otoritas kesehatan setempat di Gaza menunjukkan bahwa Israel telah membunuh lebih dari 34.000 warga Palestina dalam serangannya yang telah berlangsung sejak serangan Hamas pada 7 Oktober. Dampak dari konflik ini sangat mengerikan, dengan lebih dari satu juta orang menghadapi kelaparan setelah perang memasuki enam bulan, menurut laporan PBB.
Keputusan Petro untuk memutus hubungan diplomatik dengan Israel menandai langkah yang signifikan dalam solidaritas dengan Palestina dan penentangan terhadap tindakan yang dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.